15 Investor Tekstil Asing Hengkang dari Vietnam, Bangun Pabrik di RI : e-Kompas.ID Economy - e-Kompas.ID
Connect with us

Headline

15 Investor Tekstil Asing Hengkang dari Vietnam, Bangun Pabrik di RI : e-Kompas.ID Economy


JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan 15 investor tekstil di sektor padat karya akan datang ke Indonesia. Investor tersebut tergabung dalam Asosiasi Investor Tekstil Taiwan (Taiwan Tetile Federation) berencana merelokasi pabriknya ke Indonesia.

Namun sebelum mereka merelokasi pabriknya, ada 4 syarat yang diajukan. Salah satunya agar Indonesia segera merampungkan perundingan perjanjian kerja sama ekonomi Indonesia-Uni Eropa atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

“End user mereka yang besar-besar itu komit (berinvestasi) kalau Indonesia bisa mendapatkan IEU-CEPA, itu mereka akan relokasi bahkan dari Vietnam ke Indonesia,” jelas Airlangga ketika ditemui di Kantornya, Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (1/11/2024).

Airlangga menuturkan, permintaan itu lantaran adanya insentif tarif bea masuk bagi produk yang diekspor ke pasar Eropa. Para investor dari asosiasi tersebut, lanjut Airlangga, selama ini banyak menanamkan modal di China dan Vietnam.

Sementara itu, di Vietnam sendiri telah memiliki kesepakatan EU-CEPA dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CPTPP).

“Karena persoalannya, hari ini industri (tekstil) ini agak resah, karena sebagian yang mereka tadinya investasi di Bangladesh, dengan politik Bangladesh yang bergejolak, mereka mencari tempat lain dan mereka hanya melihat, tentu saja Vietnam, Indonesia, Thailand dan Indonesia, mereka melihat kita punya domestic market,” papar Airlangga.

Permintaan kedua, yaitu agar pemerintah memudahkan proses pembelian lahan untuk industri tekstil. Merespon permintaan ini, Airlangga pun akan mengarahkan mereka untuk membangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) guna memudahkan perizinan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).

Selanjutnya, para investor jug meminta agar Indonesia mengembangkan industri tekstil yang patuh terhadap standar Environmental (Lingkungan), Social (Sosial), dan Governance (Tata Kelola Perusahaan), utamanya terkait energi hijau.

“Di dalam ESG compliance itu energinya hijau. Energi hijau kan bisa dari gas, bisa dari hydro, bisa dari solar floating, di mana itu di Jawa Barat semuanya tersedia,” imbuhnya.


Follow Berita e-Kompas.ID di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari e-Kompas.ID hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya

Kemudian permintaan selanjutnya, yaitu agar Indonesia melakukan penyesuaian harga gas industri untuk produksi. Sebab saat ini, investor Taiwan mengeluhkan harga gas industri yang dinilai terlalu tinggi yaitu di atas 12 dolar AS per Million British Thermal Unit (MMBTu).

“Saya katakan kalau harganya 9 dolar AS per MMBTu, itu rata-rata industri dapat segitu. Jadi kalau mereka dapat di atas itu, mereka mesti sampaikan ke pemerintah, nanti pemerintah panggil lah itu, PGN (PT Perusahaan Gas Negara) atau siapa,” jelasnya.

Dengan adanya empat permintaan itu, lanjut Airlangga. pemerintah akan mempertimbangkan dan mendiskusikan lebih lanjut pada pertemuan dengan delegasi Taiwan tersebut.

Namun ia memastikan bahwa Pemerintah Indonesia akan komit mendorong industri tekstil dalam negeri.

“Kalau empat (permintaan) kita akan dorong, karena bukan hanya industri garment. Itu pun kita berikan kepada industri data center, dan the new industri digital dan yang lain butuh itu semua,” pungkasnya.

Follow WhatsApp Channel e-Kompas.ID untuk update berita terbaru setiap hari



Sumber Berita

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2022 e-Kompas.ID