JAKARTA – Presiden Soekarno menetapkan 23 September menjadi Hari Maritim Nasiona. Hal ini Berdasarkan Musyawarah Nasional (Munas) Maritim I, melalui Surat Keputusan Nomor 249 Tahun 1964. Hal tersebut sesuai dengan misi menjadikan Indonesia sebagai negara maritim.
Sebelum penetapan Hari Maritim Nasional di tahun 1964, Presiden Soekarno telah meresmikan Angkatan Laut pada tahun 1953.
Dalam pidatonya, Soekarno berpesan, “Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal. Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawala samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri.”
Kemudian pada tahun 1957 dikeluarkan Deklarasi Djuanda yang menegaskan bahwa tujuan wawasan Nusantara adalah untuk menyatukan bangsa dari ancaman disintegrasi. Lewat deklarasi ini, Indonesia menyatakan bahwa laut Indonesia meliputi laut sekitar, di antara, dan di dalam Kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Awal mula sejarah kemaritiman Indonesia sejatinya sudah dimulai sejak abad ke-9. Ketika itu Indonesia memiliki kerajaan-kerajaan maritim besar dan berhasil membawa kesuksesan ke kepulauan Nusantara yang kemudian menghasilkan kemakmuran. Kerajaan-kerajaan maritim ini umumnya terletak di pesisir pantai atau muara sungai. Sehingga sejak zaman dahulu kegiatan perekonomian di Indonesia sudah banyak bertumpu pada sektor maritim.
Selain itu, Indonesia adalah jalur perdagangan strategis dalam perdagangan ekonomi dunia. Hal ini dimanfaatkan Indonesia untuk memaksimalkan hasil maritim yang ada. Seperti diketahui, kekayaan alam yang bersumber dari lautan Indonesia sangat berlimpah, tersebar dari Sabang hingga Merauke. Kekayaan tersebut mulai dari keanekaragaman sumber daya hayati laut, minyak bumi, hingga potensi wisata alam laut. Bila dioptimalkan dengan baik, tentu akan memberi keuntungan dari berbagai aspek bagi Indonesia.