Gubernur BI Bocorkan Perkembangan Rupiah Digital : e-Kompas.ID Economy - e-Kompas.ID
Connect with us

Headline

Gubernur BI Bocorkan Perkembangan Rupiah Digital : e-Kompas.ID Economy


JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan progres terkini pembentukan rupiah digital alias Central Bank Digital Currency (CBDC).

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan Bank Indonesia sudah menerbitkan dokumen resmi soal proyek rupiah digital.

 BACA JUGA:

“Kami proses juga terbitkan digital rupiah, bahwa digital rupiah sebagaimana kami sampaikan consultative paper sudah kami terbitkan. Juli akan kami berikan project designnya,” ungkap Perry saat melakukan fit and proper test dengan Komisi XI DPR, Senin (20/3/2023).

Adapun pembentukan rupiah digital itu akan dinamai Proyek Garuda.

Rencananya desain proyek dari rupiah digital akan diperkenalkan secara umum pada bulan Juli 2023 mendatang.

 BACA JUGA:

Kemudian proyek ini akan dikembangkan selama 1,5 tahun yang berfokus pada transaksi wholesale rupiah digital.

“Akan dikembangkan dengan industri 1,5 tahun ke depan yaitu fokus kepada wholesale digital rupiah kepada pelaku besar,” ujar Perry.

Nantinya setelah tahap pengembangan selama 1,5 tahun selesai, baru lah rupiah digital bisa dikembangkan untuk alat pembayaran secara luas.

 

Baca Juga: Ketahui Kerugian Membeli Mobil Bekas Banjir


Follow Berita e-Kompas.ID di Google News

“Setelah itu, tahap ke dua baru tahapan untuk transaksi lain ke sektor riil,” ujarnya.

Dikutip berbagai sumber, CBDC ini dinilai sebagai solusi prospektif untuk mewujudkan pembayaran antarnegara yang lebih cepat, mudah, transparan, dan inklusif.

CBDC diyakini mampu mengatasi berbagai friksi yang selama ini terjadi dalam pembayaran antarnegara seperti biaya yang mahal, format data terfragmentasi, compliance kompleks, jam operasional yang terbatas serta tingginya biaya konversi mata uang.

Kemudian CBDC, sebagai sebuah platform multicurrency memungkinkan sejumlah pihak untuk bertransaksi dan saling membayar dalam mata uang yang berbeda secara langsung, tanpa memerlukan perantara seperti bank koresponden.

Hal ini sejalan dengan survei BIS tahun 2022, bahwa efisiensi pembayaran antarnegara menjadi motif utama bagi pengembangan CBDC wholesale, baik di negara maju maupun negara berkembang. Demikian pula, inisiatif pengembangan CBDC ritel antarnegara juga mulai dilakukan.

Terlepas dari ketersediaan solusi untuk interoperabilitas CBDC, tantangan utama dalam mendesain interoperabilitas lintas CBDC dari yurisdiksi yang berbeda adalah solusi atas isu bisnis terutama isu pengelolaan konversi mata uang (currency arrangement) termasuk pengendalian arus modal dan penyediaan likuiditas dalam valuta yang berbeda.

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis e-Kompas.ID.com tidak terlibat dalam materi konten ini.



Sumber Berita

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2022 e-Kompas.ID