Kehancuran akibat pengeboman Israel di Gaza. (Foto: Reuters)
JAKARTA – Militer Israel telah melakukan pengeboman dan serangan yang menargetkan wilayah sipil dan rumah-rumah di Gaza selama perangnya dengan kelompok Hamas, menyusul serangan kelompok pejuang Paletsina itu pada 7 Oktober.
Serangan-serangan Israel menimbulkan korban jiwa warga sipil yang tidak sedikit, bahkan termasuk anak-anak, memicu kecaman luas terhadap negara zionis itu. Laporan terbaru menyebut bahwa serangan tersebut dilakukan dengan bantuan program berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bernama Lavender.
Militer Isarel menggunakan Lavender untuk menghasilkan target pembunuhan, menghasilkan sejumlah pemboman berdasarkan keputusan yang dibuat dengan sedikit tinjauan manusia.
Menurut laporan tersebut, pada satu titik, sistem tersebut menggunakan pengawasan massal di Gaza untuk menghasilkan daftar 37.000 target pengeboman, termasuk sejumlah orang yang diduga sebagai anggota tingkat rendah Hamas yang biasanya tidak menjadi target operasi pengeboman.
Tuduhan tersebut, yang diungkap oleh +972 Magazine dan Local Call, didasarkan pada wawancara dengan enam petugas intelijen Israel yang bertugas selama konflik dengan Hamas di Gaza dan terlibat dalam penggunaan AI untuk menyelidiki target.
Salah satu petugas mengatakan perannya dalam sistem ini hanya sebagai “stempel karet”, yang memberikan persetujuan pada keputusan penargetan Lavender, dan hanya menghabiskan beberapa detik untuk meninjau sendiri rekomendasi sistem tersebut.
Para petugas juga menggambarkan keputusan untuk mengejar sejumlah sasaran Hamas di rumah mereka sementara mereka berada di samping warga sipil, karena lokasi tersebut memudahkan untuk mengkonfirmasi lokasi mereka dengan alat intelijen. Para perencana yang mempertimbangkan serangan diduga bersedia membiarkan 15 atau 20 warga sipil berpotensi terbunuh dalam proses mengejar seorang agen tingkat rendah Hamas.
Sumber Berita