JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan kondisi industri pasar modal Indonesia hingga saat ini masih terjaga dengan profil risiko yang terpantau managable. Bahkan pasar modal domestik secara umum telah pulih dari dampak pandemi.
Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 28 Oktober 2021 yang ditutup pada level 6.524,08 atau tumbuh sebesar 9,12% (ytd) dan telah melampaui level pra-pandemi pada Desember 2019 di posisi 6.299,54.
Baca Juga: Emiten Perbankan Ramai-Ramai Gelar Aksi Korporasi, Investor Harus Apa?
Direktur Pemeriksaan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Edi Broto Suwarno menjelaskan penguatan ini terutama ditopang oleh bertambahnya jumlah investor domestik di pasar modal yang mampu menahan capital outflow investor non-residence.
Hingga akhir September 2021 jumlah investor di pasar modal mencapai 6,43 juta atau naik 65,73% (ytd). Kemudian berdasarkan kinerja laporan keuangan emiten kuartal II-2021, sebagian besar emiten tercatat masih membukukan laba di tengah upaya pemulihan dari dampak pandemi.
Di sisi lain pasar surat utang Indonesia terkontraksi akibat peningkatan yield US Treasury dengan rata-rata yield Surat Berharga Negara (SBN) melemah pada 16,8 basis poin (bps) dan investor non-residence mencatatkan net sell sebesar Rp23,71 triliun (ytd).
Baca Juga: Naik 489%, Investor Pasar Modal Tembus 6,5 Juta
Sebaliknya kinerja obligasi korporasi meningkat dengan Indonesian Composite Bond Index berada pada level 330,15 atau naik sekitar 5,06% (ytd). Penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal juga menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu hingga kuartal III-2021 telah mencapai Rp266,82 triliun dan masih akan terus bertambah hingga akhir tahun.
“Pertumbuhan nilai emisi ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Selain itu Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan jumlah emiten yang melakukan IPO terbesar di ASEAN tahun ini,” jelasnya dalam InfobankTalkNews Media Discussion dengan tema ‘Outlook Pasar Modal 2022: Momentum Pemulihan Ekonomi dan Imbas Tapering The Fed’.
Kinerja industri reksadana juga masih relatif terjaga yakni per 30 September 2021 tercatat nilai NAB reksadana naik sebesar 1,70% month-to-date (mtd) menjadi Rp551,76 triliun. Pasar modal syariah di Indonesia turut mengalami perkembangan yaitu sampai 22 Oktober 2021, nilai outstanding sukuk korporasi mengalami kenaikan sebesar 16,47% (ytd).